Laman

Minggu, 04 Juni 2017

TUGAS UAS TOLERANSI

Inter-Relasi:
A. Toleransi
B. Multikultural
C. Cara Pandang
D. Agama
Pokok Pikiran Di Paragraf :
1. Toleransi dan kehidupan
2. Kebiasaan dengan perbedaan
3. Etnis China dan Jawa
4. Eksklusivisme
5. Inklusivisme
6. Islam dan Kristen
7. Contoh fenomena
Tidak Serasi tanpa Toleransi
Di zaman yang semakin modern ini, tanpa adanya rasa saling pengertian rasanya kehidupan tidak akan berjalan damai. Toleransi merupakan kata kunci untuk mencapai kerukunan dan kesejahteraan hidup. Bagaimana tidak, Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda beda tetapi tetap satu. Untuk mewujudkan hal tersebut, harus didasari dengan sikap toleransi yang dimiliki oleh masing masing individu. Mulai dari suku, ras, agama dan antar golongan semuanya memiliki banyak perbedaan. Jika diingat kejadian 212 lalu, mengembalikan memori kita kepada kejadian toleransi yang sudah tumbuh di Indonesia. Aksi super damai pada hari Jumat tepatnya tanggal 2 Desember 2016 membuktikan bahwa perbedaan agama tak menyurutkan antusias public untuk menyatukan tekad dan tujuan dengan berdoa bersama bagi keselamatan dan kejayaan keselamatan Indonesia
Perbedaan juga akan menimbulkan kebiasaan yang berbeda.  Jika orang tua mendidik anaknya dengan cara suku dan agama tertentu maka anak itu berkembang dengan pola piker dan kebiasaan dari cara titik tersebut. Kebiasaan, menurut Az-Za’balawi, adalah mengulangi melakukan sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam waktu berdekatan dengan cara yang sama dan tanpa berpikir menimbang. Kebiasaan merupakan kegiatan yang terprogram oleh diri kita sendiri karena telah tertanam di dalam jiwa. Mengingat kehidupan manusia di Indonesia yang kental dengan tradisi dan budaya, maka hal ini berkaitan dengan kebiasaan mereka. Bhineka Tunggal Ika menyiratkan perbedaan kebiasaan pada setiap suku bangsa yang ada di Indonesia, tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010. Setiap suku bangsa, atau yang sering disebut etnis, memiliki kebiasaan-kebiasaan mereka sendiri yang berbeda dengan etnis lainnya. Contohnya etnis jawa yang mendominasi di Indonesia dan etnis china atau tionghoa yang merupakan kelompok etnis minoritas yang jumlahnya hanya 1.20% dari keseluruhan pendduk di Indonesia.
 Etnis china menupakan etnis pendatang yang berasal dari tenggara Tiongkok sedangkan etnis jawa merupakan penduduk asli Indonesia yang telah ada sejak masa kejayaan kerajaan di Indonesia. Orang china yang kemudian disebut dengan “orang tionghoa” mulai memasuki nusantara dengan alasan awal yaitu untuk mempelajari bahasa sansekerta serta melakukan transaksi perdagangan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Perbedaan antara china dan jawa mulai terlihat dalam beberapa pandangan. Etnis china menggunakan sumpit saat makan sedangkan etnis jawa hanya menggunakan tangan kosong saja sudah cukup. Saat imlek, akan ada pagelaran barongsai dengan musik yang sangat meriah. Etnis jawa cenderung memiliki musik yang lebih kalem namun tegas yaitu gamelan.
 Salah satu cara pandang seseorang dalam berkeyakinan adalah eksklusivisme. Cara pandang ini menekankan kebenaran terhadap agama yang dianutnya. Agama lain dianggap salah dan harus dimusnahkan. Pendapat lain yang dianggap bertentangan juga tidak akan diterima oleh orang orang yang menganut cara pandang seperti ini. Menurutnya agama lain dianggap menyesatkan dan agama yang dianut adalah satu satunya agama yang paling benar. Pada agama Kristen eksklusivisme menekankan pada Tuhan Yesus lah satu satunya juru selamat dan tidak ada yang lain. Berbeda dengan Islam, sikap eksklusivisme ini juga bisa dipetik dari ayat ayat al quran. Pada Quran surat Ali Imran ayat 85 yang artinya “barangsiapa menerima agama selain Islam (tunduk kepada Allah) maka tidaklah akan diterima dan pada hari akhirat ia termasuk golongan yang rugi”. Sebenarnya sikap eksklusivisme ini apabila diartikan sebagai tidak toleran serta mau menang sendiri tentu tidak dibenarkan oleh agama manapun. Namun apabila diartikan sebagai kualitas serta mutu, memang setiap individu selalu mencari dan memilih agama yang eksklusif yang paling sempurna menurut mereka.
 Cara pandang lain yaitu inkluvisme, cara pandang ini merujuk pada adanya kebenaran diluar agama yang dianut meskipun tidak sepenuhnya benar seperti agama yang dianutnya. Sikap ini mengandung unsur toleran dan lebih baik dari sikap sebelumnya. Pada agama Kristen membunuh orang adalah perilaku yang menimbulkan dosa besar. Pun agama Islam, Islam membenarkan juga hal tersebut. Sikap inkluvisme ini membuat seseorang nyaman dengan apa yang mereka anut tanpa mengutuk ajaran agama lain. Ibadah lebih nyata serta pandangan kita menjadi lebih universal.
2 Agama yang menjadi agama terbesar di Indonesia adalah Islam dan Kristen. Kedua agama ini memiliki beberapa perbedaan dan kesamaan. Indonesia sebagai penganut agama Islam terbesar di Dunia selalu merasa dan bersikap terbuka dengan adanya penganut Kristen di Indonesia. Toleransi yang dibangun antara masing masing agama menimbulkan kesadaran diri untuk selalu menghormati kegiatan dalam agama masing masing. Sehingga hal itu membuat agama Kristen dan agama Islam menjadi agama yang Kokoh dan bisa mewujjudkan semboyan ke-Khinneka Tunggal Ika-an.
Sebagai contoh fenomena yang terjadi pada aksi damai umat Islam 412. Toleransi antara Islam dan Kristen terjadi ketika adanya rombongan pengantin yang akan melangsungkan acara pemberkatan di gereja sekitar tempat aksi. Umat Islam terlihat berbaris rapi membentuk jalan seakan melindungi calon pengantin yang sudah berdandan menuju althar gereja. Fenomena ini sangat patut diapresiasi sebagai pembelajaran diri untuk selalu hidup rukun dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Tanpa memandang perbedaan, hidup damai dan saling tolong menolong merupakan keharusan wajib tertanam dalam diri setiap individu

Sumber :
1. Az-za'balawi, muhammad sayid muhammad pendidikan remaja antara islam dan ilmu jiwa, DR. Muhammad Sayid Muhammad Az-Za'balawi; penerjemah abdul hayyie al-kattani, uqinu attaqi, gema insani press jakarta cetakan 1halaman 347 (buku)

2 Membangun sikap toleransi beragama dalam masyarakat plural (jurnal)